Kamis, 13 September 2012

Jogja Gagas Wisata Batik

Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta berniat mengembangkan wisata batik pada 2010, menyusul pengakuan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) terhadap batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia.

"Kami tahun depan akan mengembangkan wisata yang berhubungan batik, misalnya di berbagai kampung batik dijadikan tempat belajar cara membatik," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta Yulia Rustiyaningsih, di Yogyakarta, akhir pekan lalu.

 


Menurut dia, pengakuan UNESCO atas batik Indonesia tersebut diharapkan dapat membantu upaya melestarikan batik. Rencana awal yang akan dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan untuk mengembangkan pariwisata minat khusus tersebut adalah mengembangkan wilayah yang sudah terkenal sebagai tempat produksi batik di Kota Yogyakarta. "Salah satunya adalah Kampung Taman di Kecamatan Kraton. Wisatawan bisa diajak belajar membatik," katanya.

Ia berharap wisatawan yang tertarik untuk mengenal lebih jauh tentang batik tidak hanya berasal dari mancanegara, tetapi juga wisatawan nusantara. "Wisatawan dalam negeri juga meminati batik. Jika berkunjung ke Yogyakarta mereka selalu mencari batik sebagai cendera mata," katanya.

Menurut dia, Pasar Beringharjo, sebagai pusat penjualan batik, juga akan terus dikembangkan sebagai bagian dari wisata batik di Yogyakarta. Ketua Umum Paguyuban Pecinta batik Indonesia (PPBI) Larasati Sulianti Sulaiman sebelumnya menyatakan pengakuan UNESCO atas batik Indonesia merupakan bentuk pengakuan dunia terhadap keagungan batik sehingga harus dijadikan tantangan bagi bangsa Indonesia untuk melestarikannya.

Menurut dia, salah satu usaha pelestarian yang dapat ditempuh adalah mengenalkan batik kepada seluruh masyarakat Indonesia karena masih ada masyarakat yang belum mengetahui batik. "Selain itu, perlu juga dilakukan regenerasi perajin batik," katanya.
Batik memiliki beragam motif. Tak hanya dari dalam negeri, batik ada yang berasal dari mancanegara, seperti Rusia.

Di Indonesia sendiri, motif batik juga bervariasi, diantaranya adalah batik Jogja dan batik SOlo. Walau keduanya menggunakan ukel dan semen-semen, namun sebenarnya kedua batik ini berbeda. Perbedaannya terletak pada warnanya. Batik Jogja berwarna putih dengan corak hitam, sedangkan batik Solo berwarna kuning dengan corak tanpa putih.

Penggunaan kain batik ini pun berbeda-beda. Di Kraton Jogja, terdapat aturan yang pakem mengenai penggunaan kain batik ini. Untuk acara perkawinan, kain batik yang digunakan haruslah bermotif Sidomukti, Sidoluhur, Sidoasih, Taruntum, ataupun Grompol. Sedangkan untuk acara mitoni, kain batik yang boleh dikenakan adalah kain batik bermotif Picis Ceplok Garudo, Parang Mangkoro, atau Gringsing Mangkoro.

Saat ini batik telah menjadi tren baru di tengah masyarakat. Tak hanya sandang yang menggunakan kain batik sebagai bahannya. Sarung bantal, gordyn, dan seprei pun telah ada yang menggunakan kain batik. Ini adalah awal mula yang baik bagi pelestarian seni batik. Awalnya harus mencintai dahulu, kemudian muncul rasa andarbeni (memiliki) dan akhirnya nguri-uri (melestarikan).

Kesadaran ini sudah mulai dan terus digalakkan. Batik Tamanan Kraton pun dibentuk untuk khusus membatik motif Kraton Jogja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar