Keberadaan sendang kasihan tidak terlepas dari mitos yang menjadi rona suatu petilasan. Sendang kasihan yang terletak di dusun Kasihan, kelurahan tamantirto, kecamatan Kasihan, kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ini memiliki beberapa cerita tentang hal ikhwal sendang tersebut.
Sendang ini tidak jauh dari pabrik gula Madukismo kurang lebih 1,5 km disebelah baratnya sebelum daerah goa selarong. Atau dari perempatan ringroad tamantirto sekitar 1 km kearah selatan.
Terbentuknya sumber mata air di sendang kasihan ini konon merupakan tuah dari Sunan Kalijaga yang dalam pengembaraannya melewati daerah Kasihan membutuhkan air bersih. Namun beliau mencari namun tetap tidak mendapatkan sember mata air tersebut, maka dengan menancapkan tongkatnya ke dalam tanah setalah diangkat keluarlah air dari bekas lobang yang tertancap tongkat Sunan kalijaga tersebut. Air yang keluar berupa air yang bersih dan jernihdan terkumpul dalam cekungan yang dinamai sendang kasihan tersebut. Bahkan sendang kasihan tersebut juga disebut sebagai sendang pengasih karena menurut cerita masyarakat sendang ini pernah menjadi tempat bagi Nyi roro pembayun (putri panembahan senopati) yang dalam perjalanan menuju ke wilayah Mangir, membasuh mukanya dengan air sendang tersebut berikut para pengiringnya. Tak di nyana kecantikan Nyi Roro Pembayun semakin terlihat muda dan semakin cantik dan membuat Ki Ageng Mangir jatuh cinta kepada putri Panembahan Senopati tersebut. Oleh karena itu samapi saat ini sendang ini diyakini dapat membuat orang awet muda jika memakai air sendang untuk membasuh wajahnya.
Sendang kasihan ini juga pernah sebagai tempat bersemedi Raden Ronggo putra panembahan senopati dengan Ratu Kidul. Didekat Sendang juga terdapat sebuah rumah kecil yang diberi nama Juru Martanipuro yang dibangun oleh Ki Juru Martani sebelum berangkat ke kadipaten Pati.
Wilayah ini kasihan secara turun temurun dikuasai oleh Adik Raja Kasultanan Yogyakarta, tercatat dari tahun 1760, epnguasa kadipaten kasihan adalah :
- Pangeran Yudonegoro
- Pangeran Suronegoro
- Pangeran Brotodiningrat I
- Pangeran Surosentiko
- Pangeran Brotodiningrat II
- Pangeran Brotodiningrat III
- Pangeran Fransiscus Xaverius Buntaran Martoatmodjo (1936-1952)
- Diserahkan kepada pemerintah desa setempat dibawah pimpinan Raden Ngabehi Prodjosantoso pada bulan desember 1945.
Dibagian barat sendang terdapat dua buah arca batu yang berjajar menghadap ke selatan dengan tinggi 50 cm dan ketebalan 15 cm. Satu arca yang disebelah barat dalam kondisi rusak yakni patah pada bagian hidung/belalai karena menilik dari bentuknya merupakan arca ganesha. Sedangkan yang disebelah timur dilihat ciri fisiknya merupakan arca Agastya. Yang paling istimewa dari sendang tersebut airnya tidak pernah kering bahkan pada musim kemarau sekalipun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar